Kamu sempat berusaha mengetuk pintu ini, pintu hatiku
Sempat pula aku membukanya, lebar – lebar, hanya untukmu
Namun kala itu, tak sempat kau nyatakan rasa
Tak sempat pula aku berucap jujur apa adanya
Sungguhkah ini soal sempat dan tak sempat?
Mungkinkah tentang nyata dan semu?
Ataukah tentang pura – pura dan tidak tahu?
Atau seperti penyair yang tak mampu mengucap sayang pada kekasihnya, padahal ia telah menunggu lama?
Sementara sajak – sajaknya tertuju pada kekasihnya?
cie-ciee... :D
ReplyDeleteawas dipendam terus nanti jerawatan loh mba :D
hahahahaha apa cobaaaaa :p
Deletedalem banget..
ReplyDeletemudah2an postingan ini dibaca ama yang telah mengetuk pintu hati ini...
dalem ya? hehehe :)
Deletegambarnya pas dengan puisinya...
ReplyDelete