Ada hal-hal dalam hidup yang membuat kita ingin menyangkalnya. Sebab hal-hal tersebut bukan yang kita inginkan atau bahkan telah merenggut apa yang kita inginkan. Namun buat saya, denial itu percuma.
Mungkin terdengar cheesy, atau bahkan pathetic. But this i told you, belum lama ini saya baru kehilangan pekerjaan. Saya tidak bisa menjelaskan secara lengkap di sini, karena bagaimana pun juga saya harus tetap menghargai perusahaan yang telah mengizinkan saya banyak belajar, mendapat berbagai pengalaman sekaligus rekan kerja yang sudah seperti saudara sendiri. Sedangkan uang adalah bonusnya. Saya jadi bertanya, bagaimana kondisi para pekerja yang mendapat PHK?
Lantas selang tak berapa lama, saya kehilangan seseorang, dengan segala angan yang sempat saya ciptakan, bersamanya. Seseorang yang datang kemudian menghilang. "Lagi pengen ngumpet", katanya. Saya tidak tahu apakah dia akan kembali mecungul atau akan tetap berada di tempat di mana dia bersembunyi. Karena dia tidak ingin digondeli, untuk sementara saya memilih diam, di sini, sambil megolah prasangka.
Saya memang memilih bertahan, tidak lantas begitu saja membiarkan keterpurukan dengan melanda hidup dan mencuri berbagai hal yang telah saya bangun selama ini.
Tapi saya pun menyadari kalau saya memang sedang berada dalam keadaan yang kurang menyenangkan untuk saya, juga orang tua saya. Saya tidak ingin lari dan berpura-pura bahwa ini semua tak mungkin terjadi. Saya tidak ingin melakukan penyangkalan. Tidak. Saya bekerja dengan sadar, dan saya kehilangan pekerjaan ini dengan sadar pula. Saya berjalan bersamanya dengan sadar, dan saya telah jauh darinya dengan sadar pula. Saya tidak ingin melakukan penyangkalan tentang dua hal kehilangan yang saya alami akhir-akhir ini. Kehilangan yang cukup besar buat saya, setelah gagalnya kuliah saya tahun lalu.
Saya menyadari, jika saya berlari dari semua ini, mungkin saya bisa kehilangan banyak hal, bahkan diri sendiri.
Bagi sebagian orang, mungkin akan menganggap masalah orang lain sebagai hal yang remeh temeh atau sesuatu yang ringan, baik karena mereka pernah mengalami hal yang lebih sulit atau karena ternyata mereka memang tidak sepeduli itu. Tapi tunggu dulu, bukan berarti orang-orang yang mengalami kehilangan dan menyadari kehilangannya adalah orang yang lemah dan berputus asa. Tidak selalu begitu dan tidak semua seperti itu. Tidak berarti pula, saya menangis setiap malam, murung, bermuka masam bahkan pelit senyum. Buktinya, saya masih tetap tertawa dan bisa membuat orang lain tertawa.
Dalam hal kehilangan, ada juga yang justru menyimpan semangat diri dalam-dalam, termasuk saya. Dapat pula diartikan bahwa sesungguhnya, Tuhan Adalah Maha, termasuk Maha Memiliki Segalanya, sedangkan kita tidak. Kita hanya dititipi sesuatu yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Semua ini bukan milik kita seutuhnya.
Percayalah, sesungguhnya kehilangan iman dan harapan adalah kehilangan terbesar dalam hidup. Untuk itu, kita perlu menjaganya baik-baik agar tetap hidup.
Yang perlu saya ingat adalah setiap emosi dalam diri memang perlu mendapat gantian jaga. Bahagia, marah, sedih dan lain sebagianya.Semua rasa ini adalah respon. Mungkin kali ini, sedih sedang bersemangat untuk berjaga. Please, sad.. Jangan lama-lama, ya? Joy sedang menunggu giliran untuk berjaga.
Denial
By Soviana Maulida
Seorang istri yang berprofesi sebagai penyiar radio. Seorang perempuan yang gemar belajar, membaca dan menuliskan banyak hal di sini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
hii ketemu blognya kak sovi :) , smart n suaranya gimana gitu :) like this
ReplyDeleteHai. Salam kenal :)
DeleteAih Soviiiiii.... your joy will come soon, dear :*
ReplyDeleteAaaaa.. Mbak Unieeeeeek.. Terima kasih yaaaaaa :*
DeleteHihihi baru baca.
Tetap semangat.
ReplyDeleteSalam,
http://alrisblog.wordpress.com