Pelajaran Financial dari Film Keluarga Cemara

Keluarga Cemara adalah keluarga yang cukup tersohor jaman dulu, sekitar tahun 90an hingga 2000an awal. Kok bisa? Karena kisah keluarga dalam sinetron ini ditonton sama jutaan penduduk Indonesia, termasuk saya. Nggak jarang film ini bikin nangis bombay karena kisahnya yang mengharu biru, yang kalau dipikir-pikir, kok hidupnya sedih melulu. Huhuhu..


Sebenarnya saya agak lupa-lupa ingat cerita lengkapnya, yang saya ingat cuma Abah menarik becak dan Euis yang berjualan opak. Juga soundtrack sinetronnya yang tiada dua dengan lirik, "harta yang paling berharga adalah keluarga.. mutiara yang paling indah adalah keluarga.."

Belasan tahun berlalu sejak sinetron ini nggak tayang lagi, suatu ketika saat sedang nonton di bioskop bareng suami, trailer film Keluarga Cemara diputar. Waaaw.. Batin saya. Langsung ingat si Abah dan Euis.

Eh, tapi tunggu dulu. Kok mereka bangkrut? Tanya saya ke suami. "Lho, kan memang. Mereka ini tadinya kaya, trus jatuh miskin karena bangkrut", begitu katanya. Hooo.. Ternyata begitu, beneran lho saya baru tahu. Haha.

Akhirnya saya putuskan untuk nonton film ini karena agak penasaran juga dengan akting para pemainnya. Soalnya di Keluarga Cemara dulu beneran berasa melas dan susahnya hidup mereka. Untungnya di film ini sih, nggak terlalu menonjolkan kemiskinan si Abah. Tapi memang lebih tentang kehangatan dan kekompakan sebuah keluarga.


Tapi postingan kali ini, bukan nge- review akting atau cerita film ini ya. Saya justru agak-agak kepikiran dengan kebangkrutan si Abah yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman.

Ada beberapa pelajaran seputar financial yang bisa saya ambil setelah menonton film ini.

1. Jangan Salah Pilih Partner Bisnis

Mau itu kakak, adik, orang tua, teman bahkan saudara ipar, kita betul - betul harus berhati - hati dan selektif dalam memilih partner bisnis. Banyak pertimbangannya, nggak cuma modal hubungan yang dekat aja.

Di film ini, yang jadi partner bisnis Abah adalah adik iparnya, yang ternyata sudah menipu si Abah hingga bangkrut. Sering kejadian kan, orang yang sebetulnya kita percaya untuk kerja sama justru bikin buntung?

2. Memahami Legal, Jangan Asal Tanda Tangan!

Sekali pun kerja sama dengan kerabat dekat, dalam bisnis semua harus ada hitam di atas putih. Prinsip kepercayaan memang bagus dan penting, tapi perlu juga bikin legal statement dan legal disclaimer buat bisninya.

Nah, kalau sudah ada berkas - berkas hitam di atas putih termasuk surat perjanjian kontrak dan surat kuasa, pelajari lagi isinya. Baca lagi, dan lagi sebelum menandatangani berkas yang ada.

Jadi kalau ada apa - apa, misal ditipu, ada kekuatan hukumnya, dan mungkin kita bisa menuntut balik. Sedihnya, si Abah ini gak ngeh kalau dia sudah tanda tangan surat kuasa dan bahkan berkasnya nggak dipelajari :(


3. Membedakan Aset Pribadi dan Aset Bisnis

Saat didemo pekerjanya, Abah langsung menyerahkan mobilnya buat mengganti gaji mereka yang belum dibayar. Dan sepertinya aset lain juga dikasih buat bayar pesangon mereka.

Hmmm.. Bukankah biaya yang timbul dalam pengelolaan aset bisnis, seharusnya dibebankan dalam pengeluaran bisnis?

4. Pentingnya Dana Darurat

Kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Kalau kejadian di film ini, si Abah tiba - tiba bangkrut.

Well, itulah pentingnya saving dana darurat. Dana itu nggak boleh dikeluarin buat kepentingan yang sifatnya bukan mendesak. Namanya juga dana darurat, dipersiapkan untuk kondisi gawat (yang kadang-kadang terjadi karena tidak kita inginkan).

5. Belajar Financial Planning

Mau itu pengusaha, karyawan, ibu rumah tangga, sepertinya setiap kita perlu belajar financial planning. Buat apa? Salah satunya biar nggak salah langkah, biar nggak ketipu kayak Abah.

Selain itu, kita jadi memahami pentingnya investasi supaya kita lebih mengerti dengan kondisi financial masing - masing.

Baca: Sekolah Pasar Modal: Belajar Investasi Gratis Bareng BEI


6. Rezeki Itu Bernama Keluarga

Pada akhirnya, rezeki itu nggak selalu dalam bentuk uang. InsyaAllah, uang bisa dicari lagi. Tapi punya keluarga yang bisa saling memahami, saling mengerti, saling support dalam keadaan apapun, adalah harta yang paling berharga, paling bermakna dan tak ternilai harganya.

Itu sedikit kontemplasi saya setelah menonton Keluarga Cemara. Kalau ada yang mau nambahin, boleh banget lho tulis di kolom komentar :)

12 comments:

  1. Abah adalah karakter antagonis yang sesungguhnya di film ini :)

    ReplyDelete
  2. point ke-6 nih ngena banget. Emang iya sih. Sebetulnya ini yang paling berharga dari yang lain. Cuma sayangnya kadang orang getooool banget kerja sampai lupa sama keluarga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Banyak yang getol kerja sampe lupa dengan keluarga. Padahal yang keluarga butuhkan, adalah kehadirannya :(

      Delete
  3. Ahhh..aku makin penasaran nonton filmnya nih mbak

    ReplyDelete
  4. Punya pengalaman, temen n adik2nya sampai sepakat gk akan kerja bareng krn teringat alm ayah mereka yg bangkrut ditipu ade kandungnya sendiri... Klo udh urusan duit byk yg lupa keluarga y mbaa....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Astagaaaa.. Ikut sedih :( Iya, bener.. banyak kejadian, yang nipu gitu malah kerabat dekat sendiri kayak saudara kandung, ipar, bahkan teman dekat. Semoga kita dijauhkan dari hal2 seperti ini yaaa.. aamiin

      Delete
  5. ini film favoritku banget mbak yang versi serial di tv. sosok abah adalah figur ayah teladan menurut saya. santun dan sabar. saya jadi suka membayangkan abah itu ayah saya. sayangnya ayah saya sekarang sudah berpulang. pengen banget nonton versi filmnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Turut berduka ya, Mbak.. :( iya, sosok abah di sini memang tangguh dan penyayang..

      Delete
  6. saya malah belum nonton filemnya di bioskop hhee

    ReplyDelete
  7. Saya dulu juga suka nonton serialnya. Dan saya baru tahu setelah baca postingan ini, kalau mereka dahulu adalah keluarga kaya. kayaknya bagus juga nih kalau nonton filmnya sama anak-anak, bisa jadi sarana mengajari mereka bahwa roda kehidupan itu berputar

    ReplyDelete
  8. Ini ceritanya mirip-mirip sama keluarga saya dulu. Ahahaha. Pernah punya segalanya tapi Bapak (Sekarang udah almarhum) kena tipu. Kejadian itu jadi pelajaran mahal buat saya untuk benar-benar cek dan ricek segala sesuatunya. Poin-poin yang Mbak sebutkan itu benar banget. Saya sendiri sekarang memisahkan rekening bisnis dan rekening pribadi, meski baru sebatas jualan kecil-kecilan onlen. Tapi prinsip saya, justru hal-hal seperti ini mesti dibiasakan dari hal kecil, jadi ketika menangani hal besar, kita sudah terbiasa. :)

    ReplyDelete

Hai! Terima kasih sudah membaca sampai selesai ya. Silakan tinggalkan komentarmu di sini :)