Sabtu, 11 Juli 2015, saya berkesempatan mengikuti Cultural
Trip Bedug Asyiiik 2015 di Kota Wali, Demak, bersama teman-teman blogger dan
media yang diadakan oleh Sampoerna.
Diawali dengan berziarah ke Makam raja-raja Kasultanan Demak
yang terdapat di kompleks Masjid Agung Demak. Setelah itu kami shalat Dhuhur
berjamaah kemudian dilanjutkan dengan kunjungan di Museum Masjid Agung Demak
yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid ini. Masjid Agung Demak
merupakan masjid tertua di Pulau Jawa yang dipercayai pernah menjadi tempat
berkumpulnya para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa atau yang
disebut dengan Wali Songo.
Meskipun bangunannya mini, Museum Masjid Agung Demak menyimpan benda arkeologi sebagai bukti khasanah budaya zaman Wali Songo yang memiliki nilai historis perkembangan Islam secara nasional dan khususnya di Demak. Di meseum ini, terdapat kayu jati bekas soko guru atau tiang utama masjid dari Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel dan bekas kosen pintu Bledeg (petir) dari Ki Ageng Selo serta rangkaian konstruksi yang rusak akibat capilarisasi atau bangunan tua. Kami juga sempat berdiskusi dan mendapat cerita dari ta’mir masjid.
Kayu jati bekas soko guru dari Sunan Kalijaga, Sunan Bonang dan Sunan Ampel. |
Setelah berkeliling, kami melanjutkan perjalanan ke Tanubayan
untuk mengunjungi Bapak Mustofa, pengusaha alat tabuh tradisional seperti bedug
dan rebana. Untuk pertama kali, saya melihat langsung proses pembuatan bedug.
Pak Mustofa merupakan keturunan ketiga dari usaha keluarga yang sudah ditekuni dari puluhan tahun yang lalu. Beliau belajar membuat bedug pada ayahnya pada tahun 1969. Dalam membuat bedug dan rebana, Pak Mustofa mengedepankan kualitas, tidak hanya asal jadi. Pak Mustofa juga pernah membuat bedug untuk Pak SBY, mantan Presiden Indonesia.
Untuk proses pembuatan bedug, pada awalnya, kerbau dikuliti. Pak Mustofa biasanya menggunakan kulit kerbau yang mampu bertahan hingga 30 tahun. Kerbau yang dipilih juga tidak sembarangan, beliau memilih hewan kerbau yang bagus dan tidak pernah sakit. Ketika kami bertanya mengapa tidak menggunakan kulit sapi, beliau menuturkan kalau kekuatan maksimal kulit sapi hanya 5 tahun karena agak tipis.
Setelah dikuliti, kulit tersebut direndam lalu dijemur. Penjemuran dilakukan dengan cara digelar supaya tidak
mengerut. Pak Mustofa memanfaatkan sinar matahari untuk penjemuran, bukan dengan oven agar keringnya lebih merata. Setelah itu, pemasangan kulit pada kayu dengan cara dipaku dan dieratkan dengan kawat. Secara keseluruhan, proses membuat bedug bisa memakan waktu sampai satu tahun jika dimulai dari mencari kayu sampai jadi. Kalau sudah ada stok kayunya, seminggu bisa selesai.
Bicara tentang bedug, menurut pengamat seni & budaya
Joko Suranto “Gombloh”, bedug memiliki peranan penting bagi kegiatan berkumpul
karena bedug sering memfasilitasi berkumpulnya berbagai komunitas dan menambah
semangat pertemanan komunitas tersebut. Apalagi berkumpul dengan teman dari
berbagai kalangan dan bertukar pikiran mengenai banyak hal telah menjadi
kebiasaan masyarakat Indonesia yang terkenal guyub.
Itulah yang mendasari diadakannya Bedug Asyiiik sebagai
wadah berkumpulnya masyarakat sekitar lokasi pelaksanaan, dan khususnya bagi
peserta kompetisi, agar mereka dapat semakin meningkatkan kualitas pertemanan melalui
rangkaian latihan dan tukar pikiran selama persiapan kompetisi. Bedug Asyiik merupakan
rangkaian kegiatan kompetisi seni tabuh bedug yang menyajikan beragam irama dan
cara menabuh bedug di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Demak yang
merupakan kota kedepalan yang dikunjungi.
Berbagai komunitas setempat berkumpul dan menunjukkan
kekompakan serta kreativitas mereka dalam menciptakan harmonisasi alat musik
tabuh yang menghibur. Dari total 6 tim peserta yang tersaring dalam kompetisi
bedug di Demak, terpilihlah Komunitas Asyiiik Purworejo Moro, Komunitas Asyiiik
Bungo dan Komunitas Asyiiik Banyumeneng sebagai 3 tim peserta kompetisi Bedug
Asyiiik terbaik 2015 di Demak.
Tim penabuh bedug terbaik tahun ini dan tahun 2014
berkesempatan untuk mengikuti sharing
session bersama pengamat seni & budaya Joko Suranto “Gombloh” serta tim
Rampak Bedug Si Kelap dari Solo, kemudian tampil bersama di panggung Bedug Asyiiik
untuk menghibur pengunjung. Setelahnya, Bedug Asyiiik semakin meriah dengan
alunan dari Via Vallen dan OM Renata dan ditutup dengan penampilan dari band
Armada.
Bedug Asyiiik dari Sampoerna dulu sempat dikenal dengan
nama Parade Bedug yang berlangsung dari 1999 – 2008. Bedug Asyiiik dimulai pada
Agustus 2014 di 14 kota di Pulau Jawa, dan 2015 ini merupakan tahun kedua
dilaksanakannya Bedug Asyiiik.
mana foto via valennya sov?
ReplyDeleteGak punya hahahaha
DeleteHalooo, Kak! Mau ikut jelajah Kalimantan GRATIS & dapetin MacBook Pro?
DeleteIkuti lomba blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure" di http://bit.ly/terios7wonders2015
Jangan sampai ketinggalan, ya!
jalan-jalan asyik liat bedug asyik...
ReplyDelete